Banyak investor fokus mencari cuan dari saham atau aset lain, tetapi lupa pada satu hal yang paling penting: arus kas atau cash flow investasi. Tanpa pengaturan yang baik, seorang investor bisa memiliki portofolio besar di atas kertas, namun kesulitan likuiditas saat dibutuhkan. Fenomena ini sering terjadi, terutama ketika pasar sedang menurun dan mayoritas aset tidak bisa dijual tanpa menanggung kerugian besar. Pertanyaannya, bagaimana cara menjaga arus kas agar investasi tetap sehat dan tidak kehabisan likuiditas?

Masalah ini biasanya muncul karena greed — keinginan untuk memaksimalkan keuntungan dengan menempatkan semua dana ke instrumen yang berpotensi tinggi. Namun dalam kondisi pasar tidak stabil, pendekatan seperti itu bisa berbahaya. Investor perlu memahami bahwa likuiditas adalah napas dari setiap strategi investasi. Tanpa cadangan dana tunai, mereka bisa kehilangan peluang emas saat harga aset turun tajam. Sebaliknya, investor yang bijak tahu kapan harus memegang uang tunai dan kapan harus menyalurkannya kembali ke pasar.

Kondisi ekonomi global yang fluktuatif menambah pentingnya manajemen cash flow. Kenaikan suku bunga, ketegangan geopolitik, atau inflasi tinggi bisa mengubah arah pasar dengan cepat. Dalam situasi seperti ini, investor yang memiliki fleksibilitas keuangan dapat bertindak cepat — membeli aset di harga murah atau mengalihkan portofolio ke instrumen lebih aman. Itulah sebabnya investor profesional tidak pernah menempatkan seluruh dananya di satu jenis aset, melainkan membagi antara aset likuid dan nonlikuid sesuai kondisi ekonomi.

Salah satu prinsip utama dalam mengatur arus kas investasi adalah menentukan rasio cash reserve yang ideal. Biasanya, investor menyimpan 10–20% dari total portofolio dalam bentuk tunai atau instrumen likuid seperti deposito, reksa dana pasar uang, atau obligasi jangka pendek. Tujuannya bukan hanya untuk menghadapi keadaan darurat, tetapi juga untuk mengambil posisi strategis ketika muncul peluang baru. Pasar saham sering kali memberi “diskon sementara,” dan hanya mereka yang siap secara likuid yang bisa memanfaatkannya.

Investor juga harus memahami perbedaan antara paper profit dan realized gain. Banyak yang merasa aman karena portofolio terlihat untung, padahal keuntungan itu belum terealisasi. Saat harga jatuh, nilai tersebut bisa menguap begitu saja. Itulah mengapa sebagian hasil investasi sebaiknya direalisasikan secara berkala untuk menjaga cash flow positif. Tidak semua cuan harus diinvestasikan ulang; sebagian perlu disisihkan untuk cadangan atau reinvestasi terencana.

Selain itu, strategi laddering bisa membantu menjaga likuiditas jangka panjang. Dengan membagi dana ke dalam aset dengan jangka waktu berbeda — misalnya deposito 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan — investor bisa memastikan ada dana cair secara berkala tanpa harus menjual aset strategis. Pendekatan ini sering digunakan oleh investor institusional untuk menyeimbangkan arus kas dan imbal hasil.

Dari sisi psikologis, investor sering kali terjebak pada ketakutan kehilangan peluang (fear of missing out). Mereka khawatir jika terlalu banyak menyimpan uang tunai, akan tertinggal dari kenaikan pasar. Padahal, dalam jangka panjang, kemampuan bertahan jauh lebih penting daripada sekadar mengejar momentum. Investor yang mampu menahan diri dari euforia pasar biasanya memiliki posisi lebih kuat saat krisis datang.

Mengatur cash flow juga berarti memiliki disiplin dalam alokasi dana. Misalnya, setiap kali memperoleh dividen atau capital gain, sebagian bisa dialihkan untuk membangun emergency fund investasi. Dana ini berbeda dari dana darurat pribadi dan berfungsi menjaga kelangsungan strategi jangka panjang. Dengan begitu, investor tidak perlu menjual saham di waktu yang salah hanya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.

Pada akhirnya, manajemen arus kas yang sehat adalah fondasi utama dari ketenangan finansial. Investor yang tahu bagaimana menjaga likuiditas tidak akan mudah panik ketika pasar bergejolak. Mereka paham bahwa uang tunai bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan yang memungkinkan mereka bergerak dengan rasional di saat orang lain dilumpuhkan oleh fear.

Pantau data dan analisis investasi terkini hanya di emiten.com/info agar tidak tertinggal peluang berikutnya.

© 2025, magang. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Leave a Comment

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA