Below the line costing dalam Kamus Istilah Dunia Marketing Online Offline, maka below the line costing merupakan kata kata yang jarang sekali dimengerti Sebagian Banyak Orang pada umumnya.

 

Below the line costing lebih sering digunakan oleh marketer dan tenaga penjualan/pemasaran khususnya dalam dunia marketing seperti business development manager, sales regional manager, digital marketing manager, chief marketing officer. 

 

Below the line costing adalah biaya yang dikeluarkan pada sat pelaksanaan produksi sampai pascaproduksi.

Dalam bisnis, “Below the line costing” merujuk pada biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan produksi hingga pascaproduksi. Berikut adalah contoh penggunaan “Below the line costing” dalam bisnis:

  1. Produksi Film atau Video: Dalam industri film atau produksi video, “Below the line costing” mencakup biaya-biaya yang terkait dengan produksi secara langsung, seperti gaji kru produksi, biaya sewa peralatan, biaya lokasi, biaya pengadaan properti, biaya kostum dan rias, serta biaya produksi umum lainnya. Semua biaya ini akan dianggap sebagai “Below the line costing” karena mereka terkait dengan pelaksanaan produksi.
  2. Acara Promosi: Ketika sebuah perusahaan mengorganisir acara promosi, seperti peluncuran produk, konferensi, atau pameran dagang, “Below the line costing” akan mencakup biaya yang timbul selama persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut acara tersebut. Biaya-biaya ini termasuk sewa tempat, dekorasi, perlengkapan teknis, makanan dan minuman, promosi cetak atau digital, serta biaya transportasi dan akomodasi bagi peserta acara.
  3. Kampanye Pemasaran: Dalam kampanye pemasaran, “Below the line costing” mencakup biaya yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan pemasaran tertentu. Misalnya, biaya produksi materi pemasaran seperti brosur, spanduk, iklan cetak, atau video promosi akan termasuk dalam “Below the line costing.” Biaya pelaksanaan kegiatan pemasaran seperti acara promosi, sampling produk, atau program loyalitas pelanggan juga akan menjadi bagian dari “Below the line costing.”
  4. Produksi Audio: Dalam industri musik atau produksi audio, “Below the line costing” mencakup biaya yang terkait dengan rekaman, mixing, dan mastering lagu atau album. Ini mencakup biaya sewa studio, gaji teknisi audio, biaya penyewaan alat musik, biaya pengadaan bahan rekaman, serta biaya terkait pascaproduksi seperti desain kover album atau distribusi digital.

Penggunaan “Below the line costing” dalam bisnis membantu mengidentifikasi dan menghitung biaya yang terlibat dalam pelaksanaan produksi hingga pascaproduksi. Dalam perencanaan bisnis, hal ini penting untuk memastikan bahwa semua biaya yang relevan diperhitungkan dengan akurat untuk mengelola anggaran dan memahami dampak finansial dari setiap kegiatan produksi atau promosi.

Semoga penjelasan definisi kosakata Below the line costing dapat menambah wawasan serta pengetahuan anda dalam berkomunikasi secara lisan atau tertulis.

 

© 2023, internperiode4. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA