Inflasi yang melonjak adalah musuh senyap bagi investasi dan daya beli uang tunai. Ketika harga-harga barang dan jasa naik tajam, investor ritel seringkali panik. Mereka didorong oleh fear bahwa return portofolio mereka akan tergerus habis oleh inflasi, yang memicu aksi jual pada aset yang salah. Sebaliknya, ada dorongan
Setiap investor memasuki pasar dengan satu tujuan: mendapatkan return setinggi mungkin. Dorongan greed untuk melipatgandakan modal dengan cepat seringkali membuat investor ritel mengabaikan elemen paling mendasar dan penting dalam investasi, yaitu risiko. Mereka terpikat pada janji keuntungan spektakuler dari saham yang sedang hype atau spekulatif tanpa menimbang kemungkinan
Impian setiap investor adalah menemukan permata tersembunyi—saham potensial yang nilainya belum diakui pasar dan belum diincar oleh mayoritas investor lain. Investor ritel seringkali mengandalkan rekomendasi grup chat atau influencer, didorong oleh greed untuk mendapatkan return fantastis. Namun, ketika saham sudah populer, harga seringkali sudah melonjak, dan mereka terlambat
Dividen adalah aliran pendapatan pasif yang diidamkan setiap investor. Namun, banyak investor ritel yang gagal memanfaatkan cash flow dividen ini secara maksimal. Mereka cenderung memperlakukan dividen hanya sebagai uang jajan yang langsung dibelanjakan. Akibatnya, potensi pertumbuhan majemuk (compounding) dari dividen lenyap, dan portofolio mereka tumbuh jauh lebih lambat.
Bagi banyak investor ritel, momen paling rentan adalah ketika portofolio mulai mencatatkan keuntungan. Dorongan greed yang tak terkontrol muncul, memicu keinginan untuk segera merealisasikan keuntungan (selling too soon). Mereka takut keuntungan yang sudah ada akan lenyap (fear of giving back profits), sehingga mereka menjual saham yang berfundamental kuat
Setiap investor dan trader mendambakan kemampuan untuk mendeteksi momentum—periode singkat sebelum harga suatu saham mengalami lonjakan signifikan. Sayangnya, banyak investor ritel hanya bereaksi terhadap pergerakan harga yang sudah terjadi. Mereka didorong oleh greed yang tak sabar, membeli saham saat harganya sudah mencapai puncak hype (memicu FOMO), yang seringkali