Inflasi yang melonjak adalah musuh senyap bagi investasi dan daya beli uang tunai. Ketika harga-harga barang dan jasa naik tajam, investor ritel seringkali panik. Mereka didorong oleh fear bahwa return portofolio mereka akan tergerus habis oleh inflasi, yang memicu aksi jual pada aset yang salah. Sebaliknya, ada dorongan greed yang keliru untuk membeli aset spekulatif (seperti kripto atau saham gorengan) sebagai “benteng inflasi”, yang justru meningkatkan risiko kerugian modal permanen.

Situasi nyata saat inflasi tinggi menunjukkan bahwa tidak semua saham mampu mempertahankan margin labanya. Perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor atau tidak memiliki kekuatan harga (pricing power) akan melihat laba mereka anjlok. Kegagalan umum investor adalah gagal mengidentifikasi saham yang secara intrinsik dapat meneruskan kenaikan biaya kepada konsumen tanpa kehilangan volume penjualan.

Investor profesional memandang inflasi sebagai periode penyaringan di mana hanya perusahaan yang berkualitas tinggi yang akan bertahan. Mereka memiliki strategi aman untuk menyusun portofolio yang dapat berfungsi sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi. Pertanyaannya, apa saja trik yang digunakan investor cerdas untuk menentukan saham yang benar-benar aman dan mampu menjadi pemenang di tengah kenaikan harga yang masif?

Kondisi ekonomi saat inflasi melonjak ditandai oleh tekanan biaya (cost push inflation) dan seringkali diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan. Logika investor cerdas adalah mencari perusahaan yang memiliki dua karakteristik kunci: Aset Riil Berbasis Harga Komoditas dan Kekuatan Merek yang Dominan.

Investor profesional fokus pada aset riil. Contoh kasus nyata, emiten di sektor properti yang memiliki land bank luas dan emiten komoditas (seperti batu bara, CPO, atau emas) secara historis cenderung berkinerja baik. Ketika nilai uang menurun, nilai aset fisik (tanah) dan komoditas (yang harganya dipatok Dolar AS) justru meningkat. Greed yang rasional di sini adalah mencari aset yang secara alami terdepresiasi lebih lambat daripada mata uang Rupiah.

Inti masalahnya, kekuatan terbesar melawan inflasi adalah pricing power. Saham aman adalah saham di sektor Consumer Staples dan Health Care yang memiliki merek begitu kuat sehingga mereka dapat menaikkan harga produknya. Jika perusahaan tidak bisa menaikkan harga, kenaikan biaya operasional (upah, bahan baku) akan menggerus margin laba hingga nol. Investor cerdas melihat ini sebagai peluang pasar untuk menyeleksi emiten paling dominan di sektor defensif.

Untuk menentukan saham aman dan menyusun strategi aman saat inflasi melonjak, terapkan tiga panduan nyata trik pertahanan. Pertama, Fokus pada Gross Profit Margin (GPM). Panduan nyata: Lacak GPM perusahaan selama periode inflasi. Saham aman harus mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan GPM-nya. Jika GPM anjlok, itu tanda perusahaan kehilangan pricing power dan rentan terhadap inflasi.

Kedua, Hindari Perusahaan dengan Utang Valas Tinggi. Inflasi sering memaksa bank sentral menaikkan suku bunga, yang juga menyebabkan mata uang domestik melemah. Perusahaan yang utangnya dalam Dolar AS (valas) akan melihat beban utang mereka membengkak drastis. Mindset yang terarah dan tenang haruslah menghindari risiko kurs, yang dapat memicu fear dan kerugian besar.

Ketiga, Cari Perusahaan dengan Turnover Persediaan yang Cepat. Perusahaan retail atau konsumer yang dapat menjual persediaannya dengan cepat sebelum biaya penggantian persediaan naik terlalu jauh akan lebih diuntungkan. Ini menunjukkan efisiensi operasional tinggi yang menjaga cash flow tetap positif dan menenangkan fear risiko likuiditas.

Menentukan saham aman saat inflasi melonjak adalah tentang memilih perusahaan yang dapat berfungsi sebagai benteng nilai. Investor cerdas melawan fear depresiasi uang dengan berpegang pada aset riil dan pricing power yang kuat, dan melawan greed spekulatif dengan memilih perusahaan yang teruji fundamentalnya. Ingat, saham terbaik adalah yang mampu menghasilkan laba riil (setelah disesuaikan inflasi). Pantau data dan analisis investasi terkini hanya di emiten.com/info agar tidak tertinggal peluang berikutnya.

© 2025, magang. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Leave a Comment

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA