Di pasar saham, berita dan opini publik sering bergerak cepat, memicu reaksi investor yang emosional. Investor pemula cenderung mudah terpengaruh berita trending, komentar media sosial, atau rekomendasi tanpa analisis. Fenomena ini sering memicu greed ketika harga naik dan fear ketika harga turun, sehingga keputusan investasi menjadi impulsif. Namun, investor berpengalaman jarang terbawa arus sentimen publik karena mereka memahami prinsip dasar investasi: keputusan harus didasarkan pada data, logika, dan analisis fundamental, bukan opini orang lain.

Sentimen publik bisa membuat saham yang sebenarnya undervalued menjadi overvalued hanya dalam hitungan hari. Sebaliknya, saham yang solid bisa jatuh karena berita negatif sementara atau rumor tidak berdasar. Investor berpengalaman memisahkan fakta dari opini. Misalnya, saat pandemi, banyak saham konsumer mengalami penurunan karena ketakutan pasar, padahal kinerja fundamental perusahaan tetap stabil. Mereka yang terpengaruh sentimen menjual saham secara panik, sementara investor berpengalaman melihat koreksi sebagai peluang beli. Dengan demikian, mereka memanfaatkan volatilitas pasar, bukan menjadi korban hype.

Investor berpengalaman juga fokus pada fundamental dan rasio keuangan perusahaan. Mereka menilai laba bersih, pertumbuhan pendapatan, arus kas, dan utang, serta membandingkannya dengan nilai pasar saat ini. Ketika publik ramai membicarakan saham tertentu, mereka tetap mengacu pada angka-angka ini untuk menentukan apakah harga saham wajar. Keputusan seperti ini mengurangi risiko masuk di harga puncak akibat hype dan keluar saat panic selling terjadi. Psikologi greed vs fear tetap dikontrol melalui disiplin analisis, bukan perasaan.

Selain itu, pengalaman mengajarkan mereka untuk selalu memiliki strategi dan rencana investasi yang jelas. Mereka menentukan target harga beli, harga jual, dan batas risiko sebelum memasuki pasar. Ketika pasar bergerak ekstrem akibat opini publik, mereka tetap pada rencana yang sudah ditetapkan. Hal ini membantu mengurangi keputusan impulsif yang merugikan portofolio jangka panjang. Contoh nyata terlihat pada saham teknologi global: investor berpengalaman tidak terburu-buru membeli hanya karena media ramai membicarakan kenaikan harga, melainkan menunggu momen yang sesuai dengan strategi mereka.

Investor berpengalaman juga memahami pentingnya informasi yang valid. Mereka membaca laporan keuangan, riset analis, dan data resmi perusahaan daripada hanya mengandalkan gosip atau forum online. Dengan informasi yang jelas, mereka mampu membuat keputusan rasional. Misalnya, saat perusahaan mengumumkan hasil kuartal yang positif tapi publik belum merespon, investor profesional sudah menilai potensi kenaikan harga di masa depan. Sebaliknya, investor yang mudah terpengaruh sentimen cenderung menunggu hingga harga melonjak sebelum ikut masuk, sehingga risiko tinggi.

Disiplin mental juga menjadi kunci. Investor berpengalaman tahu bahwa emosi pasar tidak selalu mencerminkan nilai perusahaan. Mereka berlatih menahan diri dari reaksi spontan terhadap berita, membedakan antara volatilitas jangka pendek dan tren jangka panjang. Strategi ini membantu menghindari kerugian akibat panic selling dan overtrading, serta memaksimalkan peluang ketika harga mulai mencerminkan fundamental sebenarnya. Dalam konteks greed vs fear, mereka tetap rasional, menggunakan logika sebagai panduan utama.

Kesabaran menjadi bagian dari strategi mereka. Investor berpengalaman menunggu sinyal yang jelas sebelum membeli atau menjual. Mereka menilai momentum pasar dengan indikator teknikal yang sederhana, seperti moving average atau RSI, namun selalu dipadukan dengan analisis fundamental. Hal ini memastikan keputusan tidak semata-mata didorong opini publik, tetapi oleh kombinasi data dan pengalaman. Pasar saham sering fluktuatif, tetapi disiplin ini membuat investor profesional tetap stabil dalam menghadapi ketidakpastian.

Akhirnya, mereka juga menyadari pentingnya portofolio yang seimbang. Diversifikasi sektor dan aset membantu mengurangi tekanan untuk mengikuti tren populer. Investor profesional tidak merasa terpaksa membeli saham yang sedang hype, karena risiko sudah diatur melalui alokasi yang tepat. Strategi ini membuat mereka mampu bertahan dalam jangka panjang, bahkan ketika publik panik atau terlalu optimis terhadap satu sektor tertentu.

Kesimpulannya, investor berpengalaman tidak terpengaruh sentimen publik karena keputusan mereka selalu berdasarkan data, analisis, dan pengalaman. Mereka memisahkan hype dari fakta, fokus pada fundamental, menjaga disiplin, dan menggunakan volatilitas sebagai peluang, bukan jebakan. Dengan mindset ini, risiko berlebihan akibat greed dan fear bisa diminimalkan, sementara peluang jangka panjang tetap terbuka. Pantau data dan analisis investasi terkini hanya di emiten.com/info agar tidak tertinggal peluang berikutnya.

© 2025, magang. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Leave a Comment

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA