Dalam dunia pasar saham, banyak investor pemula tergoda untuk masuk ketika suatu saham sedang naik cepat atau mengikuti tren yang sedang populer. Fenomena ini sering muncul karena rasa greed: ingin cepat untung dengan membeli saham yang “lagi hits”. Namun, banyak yang lupa bahwa tren yang sedang naik tidak selalu berarti saham itu murah atau berkualitas. Akibatnya, mereka sering membeli di harga puncak, hanya untuk melihat koreksi tajam beberapa hari atau minggu kemudian. Mengapa menunggu kesempatan bisa lebih bijak daripada sekadar mengejar tren?

Pasar saham bergerak bukan hanya berdasarkan angka fundamental, tetapi juga psikologi investor. Ketika banyak orang tergesa-gesa membeli karena tren, volume transaksi melonjak dan harga meningkat lebih cepat daripada nilai intrinsik perusahaan. Investor pemula sering mengartikan kenaikan harga sebagai sinyal “belilah sekarang juga”, padahal kenaikan itu lebih disebabkan hype dan sentimen sementara daripada kinerja bisnis yang solid. Investor profesional memahami bahwa masuk terlalu dini saat tren sedang panas sering menimbulkan risiko besar. Mereka menunggu peluang ketika harga mulai wajar, atau saat koreksi memberi margin aman untuk membeli.

Selain itu, mengejar tren tanpa data yang jelas meningkatkan risiko terkena fear saat pasar koreksi. Contohnya, saham teknologi yang sedang hype karena berita IPO atau inovasi baru sering melonjak drastis dalam hitungan hari. Investor yang ikut naik tanpa menilai fundamental akan panik saat harga turun 10–20% dalam waktu singkat. Perilaku seperti ini justru merugikan karena keputusan didorong oleh emosi, bukan logika. Investor profesional menghindari perangkap ini dengan menunggu momen yang tepat, memperhatikan valuasi, tren arus modal, dan indikator teknikal yang realistis.

Menunggu kesempatan bukan berarti pasif. Investor cerdas menggunakan waktu untuk mempersiapkan strategi, meneliti laporan keuangan, dan memantau pergerakan pasar. Mereka menilai rasio keuangan seperti PE ratio, debt to equity, dan return on equity, sekaligus mengamati tren makro ekonomi dan arus dana asing. Dengan pendekatan ini, ketika koreksi pasar terjadi, mereka siap mengambil posisi yang rasional dengan risiko yang terukur. Mentalitas seperti ini membantu menghindari jebakan greed saat tren naik, sekaligus mengurangi fear saat pasar jatuh.

Contoh nyata adalah perilaku pasar pada saham konsumer saat pandemi. Banyak investor awalnya panik dan menjual seluruh posisi karena ketidakpastian ekonomi. Namun, investor yang menunggu dengan strategi rasional melihat koreksi sebagai peluang. Mereka mulai membeli saat harga turun signifikan, dengan keyakinan fundamental perusahaan masih kuat. Hasilnya, investor yang sabar mampu memperoleh keuntungan lebih stabil dibanding mereka yang terburu-buru mengejar tren naik sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kesabaran dan analisis logis lebih menguntungkan daripada sekadar ikut arus.

Selain itu, menunggu kesempatan membantu investor menjaga portofolio tetap seimbang. Saat mengikuti tren tanpa rencana, seseorang mungkin menumpuk saham dari satu sektor atau industri, meningkatkan risiko konsentrasi. Padahal, diversifikasi adalah kunci menjaga stabilitas portofolio dalam jangka panjang. Dengan menunggu momen yang tepat, investor bisa membeli saham dengan harga wajar sambil tetap menjaga komposisi aset sesuai profil risiko. Strategi ini menyeimbangkan potensi keuntungan dengan pengelolaan risiko, sehingga investasi menjadi lebih terukur.

Investor profesional juga menekankan pentingnya perspektif jangka panjang. Tren yang sedang naik atau saham populer mungkin hanya memberikan keuntungan jangka pendek. Fokus pada pertumbuhan nilai perusahaan dan arah fundamental memberikan hasil yang lebih konsisten. Dengan menunggu kesempatan, investor bisa menghindari keputusan impulsif, memastikan setiap transaksi didasarkan pada logika, bukan euforia pasar. Psikologi greed vs fear tetap menjadi pedoman: masuk saat peluang memberi margin aman, bukan saat semua orang panik membeli atau menjual.

Akhirnya, menunggu kesempatan bukan berarti tidak bergerak. Ini adalah strategi aktif dengan disiplin, riset, dan perencanaan matang. Investor yang mampu menahan diri dari tren sesaat justru lebih unggul dalam jangka panjang. Mereka memahami bahwa setiap fluktuasi pasar adalah kesempatan untuk membeli dengan rasio risiko-imbalan yang baik, bukan hanya mengikuti hype sesaat. Dengan cara ini, keputusan investasi lebih stabil, portofolio lebih aman, dan peluang keuntungan jangka panjang lebih tinggi.

Pantau data dan analisis investasi terkini hanya di emiten.com/info agar tidak tertinggal peluang berikutnya.

 

© 2025, magang. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Leave a Comment

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA