Pasar saham sering bergerak dengan perilaku yang tidak selalu rasional. Ketika terjadi gejolak atau krisis global, harga saham dapat anjlok secara drastis karena kepanikan investor ritel. Banyak orang menjual aset secara emosional, terdorong oleh fear, tanpa menilai fundamental perusahaan. Fenomena ini kerap menciptakan peluang yang jarang terlihat oleh publik. Investor pintar memahami bahwa saat semua orang takut, justru itulah saat peluang terbaik muncul.

Sejarah pasar saham memberikan banyak contoh. Selama krisis finansial global 2008, sebagian besar saham blue chip dunia turun tajam. Banyak investor kehilangan kepercayaan dan menjual aset mereka dengan kerugian besar. Namun, investor yang mengandalkan analisis fundamental dan psikologi pasar melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk membeli saham berkualitas dengan harga diskon. Konsep ini sering disebut dengan prinsip “buy when others are fearful”.

Greed vs fear adalah dua sisi psikologi pasar yang menentukan arah keputusan investor. Saat ketakutan mendominasi, harga saham biasanya undervalued, menciptakan peluang beli bagi mereka yang rasional. Sebaliknya, ketika optimisme berlebihan muncul, harga sering overvalued, memicu risiko bagi investor yang tergoda membeli di puncak pasar. Investor pintar memanfaatkan ketakutan orang lain sebagai alat untuk meningkatkan peluang keuntungan jangka panjang.

Menggunakan indikator seperti Fear Index, RSI, dan data historis volatilitas, investor dapat menilai apakah penurunan harga bersifat sementara atau mencerminkan risiko fundamental. Misalnya, jika perusahaan memiliki laporan keuangan yang solid dan potensi pertumbuhan stabil, penurunan harga akibat kepanikan pasar merupakan sinyal beli yang menarik. Di sisi lain, investor yang tidak memiliki disiplin cenderung mengikuti massa, sehingga kehilangan kesempatan membeli saat harga murah.

Manajemen risiko tetap menjadi fokus. Investor pintar tidak membeli tanpa batas. Mereka menentukan alokasi modal, diversifikasi portofolio, dan batas stop-loss sesuai profil risiko. Strategi ini memastikan bahwa meskipun pasar terus bergejolak, dampak negatif terhadap portofolio dapat diminimalkan. Dengan cara ini, peluang membeli saat ketakutan tinggi dapat dieksploitasi secara cerdas, bukan spekulatif.

Selain itu, kesabaran dan disiplin adalah kunci. Investor pintar menyadari bahwa pasar tidak selalu bergerak cepat. Terkadang, menunggu beberapa hari atau minggu untuk konfirmasi tren lebih aman daripada terburu-buru mengambil posisi. Mereka juga menyesuaikan psikologi untuk tidak terjebak greed saat harga mulai pulih, sehingga keputusan tetap logis dan berbasis data.

Kesimpulannya, membeli saham saat semua orang takut adalah strategi yang didukung oleh psikologi pasar dan analisis fundamental. Investor pintar melihat ketakutan orang lain sebagai peluang, bukan ancaman. Dengan disiplin, manajemen risiko yang matang, dan pemahaman greed vs fear, mereka dapat memanfaatkan fluktuasi pasar untuk keuntungan jangka panjang. Strategi ini mengajarkan bahwa investasi yang sukses bukan soal keberuntungan, tetapi keputusan yang rasional dan logis.

Pantau data dan analisis investasi terkini hanya di emiten.com/info agar tidak tertinggal peluang berikutnya.

© 2025, magang. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Leave a Comment

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA