Banyak orang menganggap kesuksesan dalam investasi ditentukan oleh momen keberuntungan — membeli saham tepat sebelum harganya melesat, atau menjual sesaat sebelum pasar jatuh. Padahal, jika kita melihat perjalanan para investor hebat di dunia, hampir semuanya memiliki satu kesamaan utama: konsistensi. Mereka tidak mengandalkan keberuntungan, melainkan sistem, disiplin, dan logika jangka panjang.

Di Indonesia, fenomena “ikut-ikutan tren” sering kali membuat banyak investor terjebak dalam siklus yang sama. Ketika pasar sedang naik, semua orang merasa pintar. Namun begitu harga berbalik arah, rasa percaya diri berubah menjadi panik. Keputusan yang dulu tampak benar menjadi sumber penyesalan. Hal ini terjadi karena banyak orang menganggap investasi seperti perjudian — bukan sebagai proses yang memerlukan strategi dan ketenangan berpikir.

Sementara itu, investor profesional justru bersikap sebaliknya. Mereka tahu bahwa keberuntungan bisa datang dan pergi, tapi konsistensi akan membentuk hasil jangka panjang yang stabil. Dalam dunia investasi, keberuntungan mungkin membuat seseorang menang sesekali, namun hanya disiplin yang mampu menjaga hasilnya tetap bertahan.

Pasar keuangan ibarat lautan yang selalu berubah. Ada gelombang kecil, ada badai besar. Dalam situasi seperti ini, investor yang mengandalkan keberuntungan akan mudah terseret arus. Sedangkan mereka yang berpegang pada prinsip dan strategi akan tahu kapan harus menunggu, kapan harus bertindak. Konsistensi tidak berarti selalu benar, tapi selalu belajar dari setiap kesalahan tanpa kehilangan arah.

Jika kita perhatikan, pergerakan pasar dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan bahwa volatilitas adalah hal yang normal. Faktor global seperti perubahan suku bunga AS, inflasi, atau gejolak geopolitik membuat harga saham bergerak tidak menentu. Dalam kondisi seperti ini, investor yang impulsif akan mudah terbawa emosi. Mereka membeli saat greed menguasai, dan menjual saat fear datang menghantui. Sementara investor yang konsisten tetap tenang — karena mereka memiliki rencana.

Konsistensi juga terlihat dari cara mereka mengatur portofolio. Mereka tidak menaruh semua dana pada satu instrumen, melainkan menyeimbangkan antara saham, obligasi, dan aset lainnya sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko. Mereka tahu bahwa pasar akan selalu berubah, tetapi prinsip manajemen risiko tidak boleh goyah. Setiap langkah diambil berdasarkan perhitungan, bukan tebakan.

Selain itu, konsistensi juga berarti memiliki rutinitas analisis yang teratur. Investor sukses tidak menebak arah pasar dari rumor atau sentimen sesaat, melainkan dari data dan laporan fundamental perusahaan. Mereka memantau kinerja emiten, memperhatikan tren ekonomi, dan mengevaluasi portofolio secara berkala. Dengan cara ini, keputusan yang diambil bukan reaktif, melainkan proaktif.

Menariknya, konsistensi sering kali terlihat membosankan bagi investor baru. Mereka mungkin menganggap pendekatan ini lambat atau kurang menarik dibanding strategi spekulatif. Namun di sinilah letak rahasianya: pasar menghargai kesabaran. Investor yang konsisten akan tetap tumbuh walaupun perlahan, sementara mereka yang hanya bergantung pada keberuntungan biasanya kehilangan arah setelah beberapa kali gagal.

Dalam psikologi investasi, greed dan fear adalah dua emosi yang paling berbahaya. Ketika seseorang hanya mengejar keuntungan cepat, greed membuatnya mengambil risiko berlebihan. Ketika pasar jatuh, fear membuatnya menjual terlalu cepat. Konsistensi adalah jembatan yang menjaga keseimbangan antara dua emosi ekstrem ini. Investor sukses tahu bahwa untuk menang di pasar, bukan hanya harus pintar, tapi juga stabil secara emosional.

Strategi menjaga konsistensi dimulai dari hal sederhana: memiliki rencana investasi tertulis. Tentukan target keuntungan tahunan, batas kerugian yang bisa diterima, serta alasan rasional di balik setiap keputusan beli atau jual. Dengan begitu, setiap langkah memiliki dasar yang jelas. Saat pasar bergerak tak terduga, Anda tidak panik karena tahu apa yang sedang dijalankan.

Langkah berikutnya adalah menjaga kedisiplinan. Jangan mudah tergoda dengan kabar “saham ini pasti naik” atau “kripto itu akan meledak”. Konsistensi membutuhkan ketegasan untuk berkata tidak pada hal-hal yang di luar strategi pribadi. Ingat, tujuan utama investasi bukan menang hari ini, tetapi bertahan selama mungkin di arena pasar.

Dalam jangka panjang, hasil investasi bukan ditentukan oleh seberapa sering seseorang benar dalam menebak arah pasar, melainkan seberapa disiplin ia menjalankan sistem yang sudah terbukti. Investor seperti Warren Buffett atau Lo Kheng Hong tidak selalu membeli di titik terendah, tapi mereka selalu membeli berdasarkan logika yang sama: nilai jangka panjang lebih penting daripada volatilitas jangka pendek.

Pada akhirnya, keberuntungan hanya memberi hasil sementara, sementara konsistensi membangun ketenangan. Pasar akan selalu bergerak naik dan turun, tapi prinsip yang kuat membuat investor tidak mudah goyah. Mereka yang mampu menjaga ritme, berpikir jernih, dan bertindak terukur akan selalu lebih unggul dibanding mereka yang hanya mengejar sensasi sesaat.

Konsistensi adalah pondasi dari keberlanjutan. Bukan sekadar strategi investasi, melainkan cara berpikir yang membentuk karakter finansial seseorang.

Pantau data dan analisis investasi terkini hanya di emiten.com/info agar tidak tertinggal peluang berikutnya.

© 2025, magang. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Leave a Comment

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA