Aggregate demand atau permintaan agregat merupakan salah satu cara untuk menghitung pendapatan domestik setiap tahunnya. Metode ini diperoleh dari konsep dasar arus sirkulasi untuk menjelaskan peredaran uang rumah tangga dan produsen.

Permintaan agregat merupakan nilai permintaan untuk semua jenis barang maupun jasa yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Nilai permintaan ini akan dinyatakan dalam nilai total yang digunakan untuk barang dan jasa hingga tingkat harga spesifik dan dalam jangka waktu tertentu.

Beberapa hal yang termasuk permintaan agregat adalah semua barang konsumsi, barang modal untuk proses produksi, kegiatan ekspor-impor, dan program belanja pemerintah. Masing-masing variabel ini dianggap sama selama diperdagangkan di nilai pasar yang sama.

Selain itu, permintaan agregat dapat dihitung dengan jangka waktu lama. Nah, hal ini disebut dengan PDB atau Permintaan Domestik Bruto. Jika PDB mewakili nilai total dan barang yang dibuat, permintaan agregat mewakili keinginan akan barang dan jasa.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Agregat

1. Perubahan Suku Bunga

Kenaikan atau penurunan nilai suku bunga dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh setiap konsumen dan pengusaha. Suku bunga lebih rendah akan berdampak pada penurunan biaya pinjaman untuk barang-barang berharga, seperti kebutuhan rumah tangga, kendaraan, dan rumah.

Ketika suku bunga rendah, perusahaan dapat mengajukan pinjaman dengan suku bunga rendah dan hal ini biasanya dapat meningkatkan belanja modal.

Beda halnya ketika suku bunga naik maka biaya pinjaman bagi individu atau perusahaan juga meningkat dan pengeluaran akan cenderung menurun atau melambat.  Untuk itu, kenaikan harga sangat mempengaruhi jumlah pengeluaran.

2. Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Ketika pendapatan nasional sementara meningkat, pendapatan setiap rumah tangga juga turut meningkat. Pada saat seperti inilah permintaan agregat juga ikut meningkat. Berbanding terbalik, penurunan pendapatan akan berdampak pada penurunan jumlah permintaan agregat.

Kemudian, jika sebuah negara memasuki jurang resesi, keadaan ini begitu berdampak pada permintaan agregat.

Jika masyarakat merasa keadaan ekonomi di negaranya aman, biasanya tingkat pengeluaran otomatis lebih banyak, sehingga akhirnya berdampak pada berkurangnya simpanan mereka.  Tetapi ketika resesi terjadi, kebanyakan masyarakat berusaha mungkin untuk menambah jumlah tabungannya.

3. Perubahan Ekspektasi Inflasi

Ketika negara sedang mengalami kenaikan laju inflasi, biasanya terjadi kenaikan harga barang dan jasa dalam negeri. Jika masyarakat merasa negaranya mengalami inflasi, biasanya yang dilakukan oleh mereka adalah membeli sebelum harga komoditas naik tinggi.

Hal ini akan menyebabkan permintaan agregat meningkat. Lain halnya, jika masyarakat merasa harga komoditas akan turun dalam waktu dekat, yang dilakukannya adalah menunggu hingga harga turun. Ini akan membuat permintaan agregat juga ikut menurun.

4. Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Nilai mata uang berdampak besar pada permintaan agregat karena jika nilai mata uang negara sedang jatuh, tentunya harga barang semakin mahal, terutama impor.  Sebaliknya, jika nilai tukar naik maka harga barang impor akan cenderung lebih murah. Dengan naik turunnya harga ini juga turut serta mempengaruhi nilai permintaan agregat.

Bagaimana Caranya Menghitung Permintaan Agregat?

Berikut rumus untuk menghitung permintaan agregat:

AD = C + I + G + (X – M)

Dengan keterangan :

AD = Aggregate Demand (Permintaan Agregat)

C = Rencana Pengeluaran untuk Produk Barang atau Jasa

I = Rencana Pengeluaran yang Digunakan Untuk Investasi

G = Pengeluaran Anggaran Pemerintah

X = Kegiatan Ekspor

M = Kegiatan Impor

Pengaruh Hutang Terhadap Permintaan Agregat

Hutang berperan penting dalam tinggi rendahnya nilai permintaan agregat karena termasuk ke dalam pengeluaran mata uang yang tujuannya untuk konsumsi, investasi, dan lain sebagainya. Pengeluaran uang ini bergantung pada jumlah pendapatan yang diperoleh. Singkatnya seperti ini :

Pendapatan – Beban = Total Tabungan

Beban = Pendapatan – Tabungan = Pendapatan + Hutang.

Maksud dari skema di atas adalah jumlah uang keluar dapat ditambah dengan jumlah yang dipinjam, sehingga jika X membelanjakan 5 juta sedangkan penghasilannya 4 juta, maka X ini akan meminjam sisa 1 juta. Bahkan ketika X ternyata memiliki penghasilan 4 juta dan hanya bisa menghabiskan 3 juta, maka ia harus punya tabungan 1 juta.

Jika banyak orang mengajukan pinjaman, artinya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kondisi keuangan negara saat itu sedang baik. Oleh karena itu, nilai permintaan agregat juga terus meningkat.

Tetapi jika kondisi ekonomi sedang merosot, konsumen pun akan menahan diri untuk tidak membeli barang atau jasa yang mahal serta menghindari kredit. Dengan demikian, nilai permintaan agregat ikut menurun.

Kondisi Ekonomi dan Permintaan Agregat

Kondisi ekonomi yang terjadi dalam skala nasional maupun internasional juga akan berdampak pada nilai permintaan agregat dalam negara. Dalam keadaan resesi, setiap konsumen dan produsen akan cenderung mengurangi pengeluarannya. Sehingga, jumlah pengajuan kredit akan terus berkurang.

Ini akan memberikan dampak kepada pengeluaran produksi maupun instrumen investasi. Sehingga, terjadinya kerugian besar-besaran pada berbagai pebisnis karena banyak faktor, mulai dari kekurangan modal hingga penjualan yang turun drastis. Hal ini menyebabkan perusahaan mau tidak mau harus dapat mengurangi jumlah karyawan.

Dampaknya yaitu banyak orang yang menjadi pengangguran. Oleh karena itu, kondisi ekonomi suatu negarasangat mempengaruhi nilai permintaan agregat.

Komponen Permintaan Agregat

Permintaan agregat dapat dihitung melalui 4 sektor ekonomi makro, yakni sebagai berikut:

1. Konsumsi

Konsumsi mampu merepresentasikan tingkat pengeluaran pada rumah tangga bagi barang dan jasa. Determinan terpenting dari komponen adalah disposable income.

Pengeluaran tinggi untuk barang sekali pakai akan dapat meningkatkan konsumsi sekaligus penghematan. Tingginya tingkat tabungan serta konsumsi rumah tangga dari tambahan uang yang diterima tergantung pada kebiasaan rumah tangga.

Kebiasaan ini dapat diukur menggunakan indikator kecenderungan mengkonsumsi marginal dengan kecenderungan menabung.

2. Investasi

Pengeluaran investasi merupakan kegiatan pembelian barang atau jasa oleh suatu bisnis.  Pada umumnya, pembelian ini digunakan pada modal fisik yang sangat penting untuk kapasitas produksinya. Keputusan investasi inti bergantung pada tingkat pengembalian yang diharapkan serta biaya pendanaan.

3. Belanja pemerintah

Pengeluaran pemerintah dianggap sebagai variabel eksogen. Keadaan ini terjadi karena berbagai variabel ekonomi di dalamnya tidak mampu mempengaruhi keputusan belanja.

4. Ekspor bersih

Nilai ekspor netto adalah nilai ekspor dari permintaan produk dalam negeri dari luar negeri, sedangkan impor merupakan permintaan dalam negeri akan produk dari luar negeri. Pada komponen ini juga ditentukan oleh pendapatan dan harga relatif pada ekonomi domestik juga dunia.

Penutup

Dari sini dapat disimpulkan bahwa permintaan agregat merupakan nilai dari semua permintaan untuk semua jenis barang dan jasa yang dibuat dalam periode tertentu.

Beberapa faktor mempengaruhi permintaan agregat antara lain perubahan suku bunga, tingkat pendapatan dan kesejahteraan sosial, perubahan ekspektasi inflasi, serta perubahan nilai tukar mata uang.

Jika perusahaan difokuskan pada aktivitas impor dan ekspor, perusahaan juga akan memengaruhi permintaan agregat negara tersebut.

© 2021, Moderator emiten.com. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA