Pasar modal selalu dipenuhi oleh narasi dan tren yang silih berganti. Mulai dari saham berbasis komoditas, teknologi growth, hingga properti, setiap periode memiliki bintangnya masing-masing. Investor ritel seringkali didominasi oleh fear of missing out (FOMO)—rasa takut tertinggal dari keuntungan besar—yang membuat mereka buru-buru membeli saham yang sudah melambung
Setiap investor memasuki pasar modal dengan dorongan greed yang sama: keinginan untuk melipatgandakan kekayaan dalam waktu singkat. Namun, ketika pasar bergejolak atau terjadi koreksi tak terhindarkan, dorongan ini cepat berganti menjadi fear yang memicu penjualan panik. Perasaan ini seringkali mengarahkan investor pada saham-saham spekulatif yang menjanjikan return tinggi
Sektor properti, sebagai salah satu pilar ekonomi, seringkali menjadi arena di mana greed dan fear beradu paling sengit. Ketika suku bunga turun dan pertumbuhan ekonomi melaju, investor didorong oleh greed untuk masuk ke emiten properti, berharap pada lonjakan capital gain dari kenaikan harga lahan dan proyek baru. Namun,
Dunia trading di pasar saham menawarkan janji imbal hasil cepat, yang seringkali memicu dorongan greed yang kuat pada trader pemula. Mereka melihat kisah sukses cepat dan ingin segera meniru, padahal di balik layar, kisah kegagalan jauh lebih banyak. Salah satu penyebab utama kegagalan ini bukanlah kurangnya analisis teknikal
Pasar saham seringkali digambarkan sebagai entitas yang reaktif, bergerak liar merespons setiap berita, terutama berita politik. Pengumuman kabinet, hasil pemilu, atau kebijakan fiskal baru sering memicu volatilitas ekstrem. Bagi investor ritel, gejolak ini sering menjadi sumber fear yang tak terkendali; mereka panik menjual saham bagus hanya karena ada
Dalam dinamika pasar modal Indonesia, ada satu sektor yang hampir selalu menjadi jangkar bagi IHSG dan pilihan utama investor global: saham perbankan. Seringkali, saat pasar mengalami koreksi, saham perbankan besar adalah yang pertama kali diburu (greed yang rasional) atau yang paling kuat menahan penurunan. Namun, di tengah gempuran