Salah satu metode yang digunakan untuk pemetaan strategi dalam mendeskripsikan gambaran umum alur produksi dapat menggunakan metode Kanban. Metode Kanban pertama kali diperkenalkan untuk memberikan kemudahan visualisasi kerja mengenai alur produksi yang diawali dengan penyediaan stok bahan baku hingga proses produksi selesai dikerjakan.

Istilah “kanban” berasal dari bahasa Jepang yang dipadukan dari 2 kata, yaitu “kan” berarti visualisasi (proses melihat), sedangkan “ban” artinya papan. Jadi, secara sederhana visualisasi dari penggambaran alur kerja produksi diimplementasikan melalui sekumpulan kalimat yang diletakkan pada sebuah papan untuk mudah dijangkau dari berbagai sisi.

Metode Kanban memiliki kelebihan dari segi efisiensi dan juga keefektifan proses pengerjaan produk karena memberikan informasi awal terkait situasi terkini yang melingkupi persediaan hingga pengadaan bahan baku praproduksi sehingga bisa dipersiapkan secara matang serta tidak membuat proses produksi berlangsung lamban.

Pada awalnya metode Kanban diterapkan pada sektor industri manufaktur, namun seiring berjalannya waktu, Kanban banyak digunakan pada berbagai industri karena mendorong adanya persiapan matang demi perkembangan serta pertumbuhan suatu bisnis.

Langkah-Langkah Penerapan Metode Kanban

Terdapat setidaknya 3 langkah yang bisa diterapkan untuk memperoleh penerapan metode kanban secara maksimal. Berikut ini ulasannya:

1. Memperjelas Visualisasi Alur Kerja

Visualisasi alur kerja harus diperjelas agar semakin mudah memantau dan mengawasinya. Kejelasan visualisasi kerja ini berguna untuk mempermudah memahami bagaimana tahapan kerja di setiap masanya terlebih jika pada tiap alur kerja memuat berbagai segmen atau bagian-bagian yang jumlah banyak.

Tiap-tiap bagian tersebut disusun dalam satu tampilan bentuk yang saham dan di dalamnya meliputi seluruh bagian serta tahapan yang mendukung keberhasilan dari alur kerja.  Media visualisasi bisa memanfaatkan berbagai material, seperti kertas post it misalnya. Intinya adalah visualisasi hadir untuk bisa mengupayakan timbulnya pemahaman dari berbagai pihak yang membutuhkan.

2. Melakukan Pembatasan Terhadap Work In Progress

Melakukan penetapan terkait batasan-batasan terhadap sejumlah pekerjaan dalam tahapan produksi produk yang masih berjalan atau belum resmi memasuki tahap produksi akhir. Hal ini bertujuan agar berbagai pekerjaan yang telah termuat dalam alur kerja bisa dikerjakan dengan jangka waktu yang sesuai agar tidak menimbulkan risiko keterlambatan proses produksi, sehingga pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan dapat dikendalikan seefisien mungkin.

3. Mengukur Siklus Waktu yang Dibutuhkan

Perlu untuk melalukan pengukuran terhadap siklus waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian satu unit produksi. Pengukuran siklus waktu tersebut dapat pula disebut sebagai lead time. Ini bertujuan sebagai optimalisasi berbagai proses pekerjaan secara tepat untuk memprediksi akurasi serta ketepatan waktu yang diperlukan agar bisa dilaksanakan dengan waktu seminim mungkin.

Penutup

Metode Kanban memiliki keunggulan yang membuat terciptanya kesadaran dari masing-masing pihak untuk lebih menyadari, mengerti, serta memahami apa saja kewajiban dan pekerjaan yang mesti diambil dalam satu masa. Pengerjaan dalam tiap alur kerja harus dipikirkan dengan baik agar waktu serta beban produksi bisa dikeluarkan sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing.

Intinya, masing-masing pihak memiliki kepentingan serta kewajibannya masing-masing dan untuk semakin mengembangkan bisnis yang dijalankan, ada baiknya untuk saling mengingatkan satu sama lain agar alur kerja dan pertumbuhan bisnis bisa terjadi secara maksimal.

© 2021, Moderator emiten.com. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA