Memasuki era modernisasi seperti saat ini telah mengubah sebagian besar pola pikir manusia serta keputusan untuk bertindak menjadi semakin beragam. Keberagaman tersebut dipengaruhi oleh sajian dari berbagai bentuk terpaan berita yang secara silih berganti hadir untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Namun, seringkali berita-berita tersebut memuat informasi yang membuat bergesernya pemahaman serta pemikiran seseorang dan semakin lama diisi oleh peredaran sejumlah berita bohong atau hoaks.
Hal ini begitu meresahkan sehingga masyarakat dituntut untuk cermat, menyesuaikan keadaan dari berbagai sudut pandang, serta berpikir kritis.
Kesulitan untuk mengetahui serta membedakan mana berita benar dan berita hoaks menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang karena tidak mudah untuk dilakukan. Untuk itu, penting agar masyarakat menyadari segala bentuk dan cara untuk melatih dan mengelola pola pikir agar semakin kritis.
Berpikir kritis membuat kita merasa aman, nyaman, serta tidak terburu-buru memutuskan sesuatu, sehingga perencanaan serta pengambilan keputusan atas berbagai aksi dapat dipikirkan secara matang, terstruktur, dan stabil.
Berpikir kritis atau critical thinking adalah upaya agar tetap bisa memfokuskan diri dengan tetap mempertimbangkan, mengukur, serta memproses segala hal berdasarkan informasi dari berbagai sudut pandang.
Hal tersebut dilakukan dengan melatih mental dan pikiran untuk tetap mencoba menganalisa, mengidentifikasi, serta mengevaluasi informasi agar nantinya bisa dipercaya dan bersifat valid.
Berpikir kritis tidaklah mudah karena pelatihan membutuhkan waktu lama untuk benar-benar menghasilkan buah pikir yang dapat dipercaya serta diyakini kebenarannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, berpikir kritis harus terus diasah secara kontinyu agar mampu menghasilkan keyakinan dan pencapaian terbaik untuk kepentingan personal sehingga terhindar dari segala bentuk berita dan informasi hoaks.
Menurut Trudy Bayer, proses berpikir kritis mempunyai setidaknya 6 karakteristik, diantaranya watak, argumen, kriteria, prosedur penerapan kriteria, sudut pandang, serta pertimbangan.
Berikut ini penjelasannya, simak dan pahami dengan baik ya!
1. Watak
Watak adalah keterampilan berpikir kritis yang memiliki sikap skeptis; terbuka; mengutamakan kejujuran menghormati berbagai data, pendapat, serta sudut pandang; teliti; aktif mencari dan menemukan pandangan lain; dan fleksibilitas terhadap hal baru.
2. Argumen
Argumen merupakan serangkaian pernyataan yang dilandasi oleh berbagai kumpulan data, di mana keterampilan agar mampu berpikir kritis diliputi oleh sejumlah pengenalan, penilaian, serta penyusunan argumen.
3. Kriteria
Saat proses berpikir kritis akan berlangsung, seseorang membutuhkan kriteria atau pedoman untuk bisa berpegang teguh saat menilai dan mempertimbangkan sesuatu.
Kriteria dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipercaya agar bisa menentukan serta memutuskan hal lainnya untuk dipercayai.
Setiap orang memiliki pandangan dan cara masing-masing untuk menentukan kriteria saat penilaian berlangsung karena dipengaruhi oleh berbagai pengalaman, wawasan, dan sumber-sumber yang dipelajari sebelumnya.
Menetapkan kriteria juga tidak bisa sembarangan karena unsur-unsur di dalamnya harus dipenuhi oleh sesuatu yang sifatnya kompleks, valid, dan faktual agar tidak menyesatkan.
4. Prosedur Penerapan
Prosedur penerapan meliputi beberapa hal yang mesti dilakukan, diantaranya perumusan permasalahan, pengambilan kebijakan serta keputusan, serta proses identifikasi segala kemungkinan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah bagaimana cara manusia memandang, memperhatikan, kemudian menafsirkan segala suatu yang dirasakan oleh panca inderanya.
Hal tersebut menghasilkan sesuatu yang nantinya bisa menentukan arah pemaknaan yang disandingkan dengan cara mengelola pemikiran kritis terhadap setiap fenomena yang dijumpai.
6. Pertimbangan
Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai, menganalisa, merumuskan, serta merangkum berbagai konklusi dari masing-masing proposisi.
Tujuannya tidak lain untuk melakukan pemilahan atas berbagai hal yang nantinya diambil serta dijadikan standarisasi pengujian berbagai pengamatan.
Mempelajari cara untuk berpikir kritis adalah hal menantang karena manusia dituntut untuk selangkah lebih maju agar bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan serta kemajuan peradaban.
Pertukaran dan penyebaran informasi terjadi begitu cepat dan memasuki berbagai media informatif, namun di sisi lain hal tersebut menjelma sebagai sebuah keresahan karena informasi apapun dapat diterima tanpa adanya filterisasi.
Oleh karena itu, penting untuk menerapkan cara dan langkah berpikir kritis agar semakin terhindar dari efek buruk penyerapan informasi tidak benar karena semakin lama akan memengaruhi kebiasaan dan pola pikir.
Demikianlah enam karakteristik berpikir kritis. Sekiranya, mempelajari keterampilan selalu membutuhkan waktu dan latihan. Semoga saja di tengah banjir informasi, kita bisa bertahan dan terselamatkan dengan mencoba melatih berpikir kritis.
© 2021, Moderator emiten.com. All rights reserved.