Menggapai kondisi finansial freedom atau bebas finansial adalah impian semua orang, apalagi jika hal tersebut terjadi saat masih berada di usia produktif.

Menjadi produktif untuk memenuhi segala kebutuhan dan menyisihkannya untuk disimpan sebagai tabungan merupakan suatu hal yang menyenangkan karena bisa mempersiapkan dana untuk kemungkinan apa saja yang terjadi di kemudian hari.

Namun, terkadang seseorang tidak menyadari jika pekerjaan yang dilakukannya begitu memaksakan diri sehingga membentuk kebiasaan workaholic.

Jika kebiasaan ini tidak diubah, niscaya akan membawa pengaruh buruk tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga dapat mengganggu produktivitas kerja.

Oleh karena itu, untuk semakin memberikan edukasi dan pencerahan mengenai bahaya dan gangguan dari workaholic. Simak rangkuman mengenai dampak-dampaknya di bawah ini!

Meningkatkan Gangguan Stres

Beban dan waktu kerja yang berlebihan bisa menyebabkan peningkatan stres. Tubuh merasa lelah karena telah melewati batasan normal bekerja sehingga stres pun muncul.

Dikutip dari penelitian Journal of Behavioral Medicine, semakin lama durasi bekerja maka semakin tinggi tingkat stres yang berujung pada berbagai masalah kesehatan.

Gangguan Kesehatan Mental

Berdasarkan penelitian, ditemukan fakta bahwa terdapat relasi antara workaholic dengan beberapa gangguan kesehatan mental. Salah satunya adalah gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder), gangguan kecemasan (anxiety), depresi, hingga gangguan tidur.

Gangguan ini tidak hanya berdampak secara jangka panjang, tetapi jangka pendek pula. Salah satunya adalah kekurangan energi dan rasa kantuk berlebihan di siang hari akibat tidak terpenuhinya waktu istirahat secara tepat.

Jika kedua hal di atas terjadi secara berulang kali tentu saja mampu mendorong terjadinya penurunan produktivitas kerja.

Gangguan Pencernaan

Awal mula terjadinya gangguan pencernaan adalah akibat tidak tersedianya waktu secara cukup untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh dan kesehatan.

Alhasil, makanan dan minuman yang dikonsumsi seringkali tidak memuat angka gizi yang sesuai dan menyehatkan tubuh dan berdampak pada kesehatan jiga dibiarkan secara terus menerus.

Gangguan pencernaan pun menjadi terganggu dan menurunkan daya tahan tubuh, serta menurunkan produktivitas dalam bekerja.

Mengganggu konsentrasi

Sehubungan dengan pengaruh dari gangguan kesehatan mental di atas, penurunan produktivitas secara langsung memengaruhi penurunan prestasi karena pola pikir dan tingkat konsentrasi lebih mudah terganggu.

Terganggunya konsentrasi sebagai imbas dari ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi waktu istirahatnya. Waktu istirahat sangat memengaruhi berbagai hal terkait kinerja diri sendiri.

Selain itu, konsentrasi yang terganggu bisa menyebabkan gangguan fokus sehingga bisa menimbulkan berbagai kesalahan, baik kesalahan kecil maupun besar.

Memengaruhi Kualitas Hubungan dan Relasi

Waktu hanya dihabiskan untuk bekerja tanpa mempedulikan diri sendiri maupun orang di sekitar. Kualitas hubungan menjadi lebih buruk karena berkurangnya waktu untuk berinteraksi dan bertemu satu sama lain.

Selain memengaruhi kualitas hubungan dengan orang sekitar, pengaruh workaholic juga bisa menyebabkan gangguan kualitas hubungan dengan petinggi perusahaan. Hal tersebut bisa terjadi dari timbulnya masalah-masalah kecil yang semakin lama tidak bisa ditoleransi.

Sehingga menyebabkan kualitas hubungan menjadi terganggu dan ancaman pemutusan hubungan kerja pun semakin berpeluang besar.

Burnout

Istilah burnout pertama kali ditemukan tahun 1970-an oleh seorang psikolog bernama Herbert Freudenberger. WHO menjelaskan jika burnout adalah terbentuknya sindrom dari adanya stres kronis yang tidak bisa dikelola dengan baik. Stres kronis tersebut umumnya terjadi di tempat kerja.

Stres ini terjadi karena adanya kelelahan emosional dan fisik sehingga menyebabkan burnout yang bisa merugikan diri sendiri.

Penutup

Sesungguhnya, workaholic menimbulkan berbagai gangguan dan dampak tidak hanya bagi kesehatan namun juga bagi hubungan sosial dengan orang-orang sekitar, baik itu keluarga, pasangan, ataupun kerabat.

Jika kebiasaan workaholic tidak bisa dikurangi atau dihilangkan, hal tersebut sangat membahayakan dan merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Latih diri untuk bisa memberikan hasil terbaik saat bekerja dan jangan mengedepankan sikap perfeksionis karena jika sikap itu mendominasi maka bisa mengulur penyelesaian waktu bekerja.

© 2021, Moderator emiten.com. All rights reserved.

Artikel Lainnya oleh Tim editor emiten.com

Startup yang terus berkomitmen tingkatkan kualitas ekosistem pasar modal Indonesia

PT APLIKASI EMITEN INDONESIA